Menteri LH Monitor 5 DAS Terdampak Banjir Bandang Sumut, Tak Semua Kayu Hanyut Karena Manusia
Pekan lalu, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq melakukan pemantauan terhadap bencana banjir bandang yang melanda beberapa daerah di Sumatera Utara. Pencarian solusi dampak kerusakan lingkungan menjadi perhatian utama dalam kunjungannya ke lima daerah aliran sungai (DAS) yang terkena dampak.
Dalam kunjungannya, Menteri menemukan fakta-fakta menarik yang menjadi perhatian, terutama terkait kondisi DAS Batang Toru dan DAS Garoga. Dia juga melakukan penelusuran langsung ke wilayah yang terdampak, untuk memahami lebih jauh penyebab dari kerusakan tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua dampak lingkungan yang terjadi diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pemantauan di lokasi yang berbeda menunjukkan bahwa struktur alami tanah juga berperan signifikan dalam bencana ini.
Pemantauan Situasi di Beberapa Daerah Aliran Sungai
Menteri Hanif memulai kunjungannya dengan mengamati DAS Badili di Kabupaten Tapanuli Tengah. Dia menemukan bahwa kerusakan pada hulu sungai sangat signifikan, dengan banyak kayu jatuh ke bawah yang dibawa oleh aliran air saat banjir melanda.
Salah satu penemuan mencolok adalah bahwa struktur tanah di lokasi tersebut tidak stabil. Pada saat hujan deras, tanah yang tidak kuat tersebut menyebabkan banyaknya kayu yang hanyut dan menciptakan kerusakan pada banyak bangunan warga.
Melihat kondisi ini, Menteri meminta agar masyarakat dan pemangku kepentingan lebih memperhatikan faktor-faktor alami yang berkontribusi terhadap bencana. Pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan bisa menjadi langkah awal yang penting dalam manajemen risiko bencana.
Analisis Penyebab Kerusakan Lingkungan Secara Menyeluruh
Dalam peninjauannya, Hanif juga berusaha memahami faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap bencana. Misalnya, dia menemukan tanda-tanda kerusakan yang lebih besar di hulu sungai yang tidak disebabkan oleh aktivitas manusia yang bisa dilacak.
Dia mencatat bahwa banyak lubang di puncak menunjukkan tanda-tanda longsoran yang juga berkontribusi pada keadaan tersebut. Kayu-kayu yang hanyut ke bawah merusak fasilitas publik, termasuk sekolah yang tertimbun oleh kayu-kayu tersebut.
Dari temuan ini, menjadi jelas bahwa dibutuhkannya pendekatan yang lebih holistik dalam memahami dampak lingkungan. Penanaman pohon dan pelestarian ekosistem hulu bisa menjadi jalan keluar untuk mengurangi dampak banjir di masa mendatang.
Keterlibatan Perusahaan Swasta dalam Aktivitas Perkebunan
Pemantauan juga dilakukan di DAS Garoga, di mana terdapat indikasi bahwa aktivitas perkebunan kelapa sawit berkontribusi pada permasalahan di lokasi tersebut. Menteri Hanif menyebut bahwa pihak perusahaan telah dipanggil untuk memberi keterangan terkait dampak yang dihasilkan oleh kegiatan mereka.
Kondisi hulu di lokasi Garoga juga menjadi fokus perhatian, dengan Hanif menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Masyarakat dan perusahaan perlu berkolaborasi dalam menjaga keseimbangan antara aktivitas ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Sikap proaktif dari perusahaan untuk berkontribusi pada lingkungan bisa mendatangkan manfaat jangka panjang bagi kedua belah pihak. Dengan demikian, langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan untuk mencegah bencana serupa di masa yang akan datang.
