Riset Dosen ITB Helen Julia: Pemanfaatan Spirulina dan Teknologi Membran untuk Pengolahan Air Limbah Sawit
Pembahasan mengenai pengolahan limbah seringkali terabaikan, meskipun dampaknya dapat sangat besar bagi lingkungan. Salah satu contohnya adalah limbah dari industri sawit yang belum tertangani dengan baik di Indonesia.
Helen Julia, PhD, seorang peneliti perempuan di bidang sains, mencoba mengatasi masalah ini dengan pendekatan inovatif yang memanfaatkan pengetahuannya tentang teknologi membran. Dalam presentasinya setelah menerima penghargaan L’Oreal UNESCO For Women in Science 2025, ia berbagi mengenai pengelolaan limbah sawit di Indonesia.
Setiap produksi satu ton minyak sawit mentah menunjukkan bahwa terdapat lima hingga tujuh ton air limbah yang dihasilkan. Hal ini menjadi masalah serius mengingat Indonesia adalah salah satu produsen sawit terbesar di dunia, di mana jumlah produksi terus meningkat dari waktu ke waktu.
Inovasi dalam Pengolahan Limbah Sawit yang Berkelanjutan
Berdasarkan penelitiannya, saat ini air limbah sawit diolah dengan metode yang cukup konvensional. Metode tersebut biasanya melibatkan kolam-kolam besar yang mengandalkan sinar matahari untuk menguapkan air limbah tersebut.
Helen mengemukakan bahwa metode ini tidak lagi efisien mengingat volume air limbah yang terus bertambah. Oleh karena itu, dia merencanakan penggunaan teknologi membran untuk meningkatkan cara pengolahan tersebut.
Dengan inovasi nanofiltrasi, Helen berharap dapat menciptakan sistem yang lebih efektif untuk mengolah limbah. Dia mencatat bahwa tantangan utama adalah meningkatkan performa pengolahan limbah agar airnya dapat langsung dibuang ke lingkungan tanpa mencemari.
Pemanfaatan Spirulina dalam Pengolahan Limbah
Proyek penelitian Helen melibatkan penggunaan spirulina, sejenis mikroalga yang dikenal mampu menyaring polutan. Spirulina dipilih karena dapat mengonsumsi berbagai zat dalam air limbah yang bersifat mencemari.
Ketika spirulina dimasukkan ke dalam limbah, ia secara efektif akan memakan polutan tersebut sebagai sumber makanan. Ini menciptakan siklus yang bermanfaat bagi kedua pihak, yaitu pengolahan air limbah dan produksi spirulina yang dapat dipanen.
Dengan cara ini, Helen berharap bisa meningkatkan nilai tambah dari pengolahan limbah sawit tersebut. Di samping menghasilkan air yang lebih bersih, spirulina dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk sebagai suplemen nutrisi.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Helen adalah mempercepat proses penelitian dan pengembangan teknologi ini. Meskipun ada banyak potensi yang bisa dijelajahi, knsistensi dalam penelitian menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Lebih jauh lagi, keberhasilan metode ini tidak hanya penting untuk industri sawit tetapi juga dapat menjadi model untuk industri lain yang menghasilkan limbah. Jika diterapkan secara luas, teknologi ini bisa menjadi solusi berkelanjutan bagi masalah limbah di berbagai sektor industri.
Dengan kolaborasi yang tepat antar peneliti, pemerintah, dan industri, harapannya adalah teknologi ini bisa diimplementasikan dalam skala yang lebih besar. Hal ini akan mengarah ke dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Korean Air Sediakan Pembatalan Penerbangan Gratis Setelah Larangan Bepergian ke Kamboja
Korean Air baru saja mengumumkan kebijakan baru yang mengejutkan penumpang dan industri penerbangan. Mereka menggratiskan biaya pembatalan penerbangan ke Kamboja hingga akhir tahun ini, sebuah keputusan yang diambil pada 16 Oktober 2025 setelah serangkaian kejahatan yang menargetkan warga Korea Selatan di negara tersebut.
Keputusan ini memiliki dampak signifikan bagi penumpang yang merencanakan perjalanan ke Kamboja. Kebijakan ini berlaku untuk semua penerbangan dari Korea ke Kamboja, khususnya untuk tiket yang dipesan sebelum 15 Oktober 2025 untuk Korean Air dan sebelum 16 Oktober 2025 untuk Asiana Airlines.
Pembatalan biaya ini juga mencerminkan perhatian yang lebih besar terhadap keselamatan penumpang. Langkah ini diambil seiring dengan meningkatnya kasus kejahatan serius di Kamboja, seperti penculikan dan kerja paksa yang melibatkan sindikat kriminal yang menargetkan warga asing.
Kebijakan Penerbangan Menanggapi Keamanan di Kamboja
Korean Air saat ini mengoperasikan penerbangan langsung ke Kamboja dengan frekuensi tujuh kali seminggu. Mereka menggunakan pesawat Airbus A330-300, yang memiliki kapasitas 272 tempat duduk untuk melayani rute dari Incheon ke Takhmao.
Asiana Airlines juga melayani rute yang sama dengan pesawat A321neo, yang menyediakan tempat untuk sekitar 180 penumpang. Keberadaan dua maskapai ini membuat konektivitas antara Korea Selatan dan Kamboja semakin mudah, meskipun situasi keamanan kini menjadi perhatian utama.
Pemerintah Korea Selatan telah mengeluarkan larangan perjalanan Level 4. Larangan ini menunjukkan tingkat peringatan tertinggi dan mencakup beberapa wilayah di Kamboja, termasuk Gunung Bokor di Provinsi Kampot serta kota Bavet dan Poipet.
Proses Penyederhanaan Pembatalan Tiket yang Diberlakukan
Kebijakan pembatalan gratis ini mulai berlaku retroaktif dari 10 Oktober hingga 31 Desember 2025. Penumpang dengan tiket yang dipesan dalam waktu yang ditentukan dapat membatalkan penerbangan tanpa dikenakan biaya tambahan.
Pihak Korean Air menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru selama penerbangan. Mereka telah meningkatkan langkah-langkah keselamatan di semua titik layanan dan berfokus pada komunikasi darurat untuk mendukung staf yang berada di Kamboja.
Peningkatan langkah-langkah keselamatan ini menunjukkan kepedulian maskapai dalam menjaga kepercayaan penumpang. Selain itu, mereka mengimbau seluruh awak pesawat untuk meningkatkan kewaspadaan di lapangan, terutama mengingat situasi keamanan yang berisiko.
Dampak Kebijakan terhadap Masyarakat dan Wisatawan
Langkah ini tentu saja berkonsekuensi bagi banyak orang, termasuk wisatawan yang sudah merencanakan perjalanan. Bagi mereka yang memutuskan untuk tetap pergi, informasi yang jelas dan up-to-date lebih penting dari sebelumnya.
Kebijakan pembatalan ini memberi fleksibilitas lebih kepada penumpang, namun juga mencerminkan tantangan yang dihadapi industri penerbangan di tengah kondisi yang tidak stabil. Para pelancong diharapkan untuk mempertimbangkan keselamatan mereka saat merencanakan perjalanan dalam waktu dekat.
Dengan meningkatnya kejahatan, khususnya bagi warga negara asing, banyak orang kini meragukan keamanan di beberapa kawasan tertentu. Dampak dari kebijakan ini diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejahatan dan menciptakan rasa aman kembali.
